1 minggu sebelum keberangkatan, saya dan
teman-teman pergi untuk terakhir kalinya ke KEMENTERIAN
PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN untuk
mencari tau informasi selanjutnya mengenai beasiswa kami. Karena sebelum itu
saya mendengar kabar yang kurang baik terkait berkas-berkas yang telah lama
saya serahkan untuk Beasiswa
Unggulan. Dengar kabar burung berkas-berkas yang masuk untuk pengajuan
beasiswa unggulan tahun ini khususnya Pelamar yang akan ke Rusia akan
dilimpahkan ke Lembaga Pengelolah Dana
Pendidikan (LPDP) dibawah
Kementerian Keuangan. Saya pastikan berita itu, saya pergi ke Diknas dan
bertemu dengan staf biro yang tidak bisa kusebutkan namanya, ya karena dia
hanyalah bawahaan yang akan tunduk dengan atasan. Saya tidak terlalu puas
dengan penjelasan staf itu terkait masalah pemindahan berkas dari Diknas ke
LPDP terlalu mutar-mutar sehingga pusing sendiri dia untuk menjelaskannya.Tak
sabar, aku langsung berhadapan dengan bos nya, yaitu pak abe, ya pak abe, yang
menjadi pembicara di Institusi yang bernama SEAMOLEC. Ternyata sama
saja jawaban yang Saya dapat. Beliau hanya mengatakan berkas-berkas yang masuk
dari pelamar yang ke Rusia akan dilimpahkan ke LPDP atas perintah atasan.
Karena terkait akan ada bantuan untuk
mahasiswa/i yang ada di Rusia akan diberi bantuan oleh RI1, jadilah kami
disatukan kedalamnya. Disini yang tak saya mengerti. Dari awal Saya dan
teman-teman mengajukan untuk Beasiswa
Unggulan yang itu hak setiap
anak bangsa. Jika berkas-berkas kami dipindahkan ke LPDP sama saja kami tidak
mengajukan beasiswa, karena LPDP memang akan memberi tambahan uang saku untuk
para mahasiswa/i yang berada di Rusia, bukan memberikan beasiswa. Kenapa kami
protes?ya jelas saja kami mengajukan beasiswa unggulan diknas dibawah bendera
PBNU, karna itu kami meminta rekomendasi dari PBNU untuk mempercepat proses
pendanaan tersebut. Besar harapan kami dengan surat itu beasiswa kami akan
lebih cepat diproses. Bukan untuk dilepar kesana kemari seperti bola.
Pada akhirnya saya pun tidak bisa berbuat apa-apa dengan birokrasi ini. Indah memang birokrasi ini. Saya pun tidak memikirakannya, Saya serahkan semua kepada yang Maha esa. Saya bersama teman-teman sudah berusaha sampai 3 hari sebelum keberangkatan, belum juga mendapatkan penjelasan sama sekali. Karena waktu keberangkatan kami semakin dekat. Kami harus siapkan mental dan siap dengan kondisi apapun setelah sampai di Rusia nanti. Toh ini mimpi ku, apapun yang akan terjadi saya akan tetap berangkat. Jadi untuk sementara tidak ada kepastian tentang beasiswa aku pun meminta dana talangan sementara kepada mamaku untuk bekal disana dan sekali lagi kasih ibu kepada anaknya tak terhingga. Bagaimanapun kondisinya beliau tetap mengusahakan untuk anak tercintanya meraih mimpi.
Tugas kami tidak berhenti disana, masih
banyak yang kami harus kerjakan. Kami pergi untuk membeli perlengkapan musim
dingin. Kami beli penutup kepala, badan, tangan, dan kaki. Kami belanja di
sebuah pusat perbelanjaan di daerah Sudirman, Jakarta. Mahal memang, tapi kami
butuh, apa boleh buat tetap kami beli. Kami hanya membeli long jhon, karena itu
yang murah disana. Selebihnya kami membeli perlengkapan di Pasar Pagi Mangga
Dua. Saya tau disana ada satu toko yang menjual perlengkapan musim dingin yang
sesuai dengan harga kantong. Lalu saya pergi dan memborong semua yang dibutuhkan dari atas kepala sampai bawah.
Selain keperluan musim dingin, mengingat
makanan di negara kita jauh berbeda dengan makanan sana, aku juga mempersiapkan
kebutuhan makan dan beberapa alat dapur yang pastinya lebih murah di sini
bahkan tidak ditemukan di Rusia sana. Seperti bumbu-bumbu instan makanan khas
Indonesia yang kita konsumsi sehari-hari, mie rebus indomie favorit, piring
plastik, gelas plastik, dan lain-lain. Seperti belanja ibu rumah tangga untuk 1
bulan. Tetap aku harus memilah-milah untuk aku bawa ke sana, karena aku tidak
bisa melawan peraturan maskapai yang memberikan jatah preman untuk bagasi
sebanyak 30 KG.