Kamis, 31 Oktober 2013

Rusia Menanti (Bag. 2)

Mencari Sponsor

Perjalanan saya tidak mudah. setelah proses pembuatan visa, saya harus berfikir bagaimana harus mendapatkan dana tambahan untuk kebutuhan hidup di Rusia sana. Ada dari sahabatku mengirimkan proposal ke beberapa LSM yang pemiliknya adalah ade dari seorang Calon Presiden RI, Media cetak dan lain-lain. Saya mencoba untuk mencari sponsor dan beasiswa tambahan. Satu per Satu perusahaan Swasta, BUMN, bahkan ke tingkat Kementerian Indonesia seperti, Kementerian Pariwisata dan Kementerian Pendidikan dan Budaya saya datangi. Saya buat Proposal dan saya berikan satu persatu kepada meraka, ada yang melalu Email dan ada juga saya kasih langsung tak tanggung-tanggung saya membuat proposal kepada Bapak Wakil Menteri Pariwisata dan ekonomi kreatif. Beliau adalah Alumnus dari satu almamater dengan kami. Beliau juga ketua pembina dari IKA UNPAD. Jadi, saya berkeyakinan beliau akan sangat membantu.

Saya berkunjung ke kantor Bapak Wakil Menteri Kementerian Pariwisata di jln medan merdeka lantai 17. saya bertemu dengan seketarisnya, lumayan masih muda dan cantik. Saya serahkan surat pertama perihal permohonan bantuan akomodasi. Saya menunggu hampir satu bulan balasan surat pun tak kunjung datang. Lalu saya datang kembali ke kantor beliau. Saya tanyakan nasip suratku kepada seketaris yang cantik dan masih muda itu, dia bilang suratku sudah di disposisikan ke SEKJEN. saya pergi ke lantai 15, karena seketaris cantik itu bilang SEKJEN PAREKRAF ada dilantai itu. Sampai disana ternyata staf penyuratan bilang surat saya di disposisikan kembali ke bagian Kepegawaian di lantai 17. Sambil tersenyum lebar saya pergi ke lantai 17 dan bertemu dengan bapak (lupa saya namanya) yang jelas beliau itu sudah tua. Itulah bagian dari sebuah birokrasi. Setelah ngobrol panjang lebar kali tinggi dengan bapak tua itu. Ternyata surat permohonanku sudah ada di tumpukan berkas-berkas yang diabaikan. Sedih miris tercabik-cabik luka hati melihat kertas tersebut tertumpuk lama bersama dengan kertas usang lainnya. Selama hampir satu bulan.

Menyerah? Tentu saja tidak. Tidak ada di dalam kamusku kata tidak berguna itu. Setelah satu minggu saya datang kembali ke kantor pak WAMEN, bertemu kembali dengan seketarisnya yang masih muda dan cantik itu dan saya memberikan kembali surat permohonan bantuan kepada beliau bersamaan sebuah coklat silverquen. coklat itu saya berikan untuk membuat hati seketaris itu luluh dan berniat untuk membantu saya :). (*maaf bunda ini bukan dari sebuah perselingkuhan, hanya proses dalam berdiplomasi, itu yang diajarkan oleh senior ayah ). Satu minggu kemudian aku datang untuk mengecek kembali status surat itu, ternyata tetap pada alurnya surat ku ini di disposisikan kembali ke SEKJEN. tidak mempan ternyata coklat silverquen untuk sogokan. Berhubung saya tiba kesorean di kantor Kementerian Pariwisata, ruang SEKJEN pun sudah kosang. Para staf sudah pulang karena memang sudah jam pulang kantor. Lalu besoknya saya kembali ke Kementerian Pariwisata langsung di lantai 15 kantor SEKJEN menanyakan kembali suratku. Ternyata suratku didisposisikan ke DIRJEN. Lalu saya segera ke ruang DIRJEN PAREKRAF. Hampir 2 jam saya menunggu staf DIRJEN yang pusing mencari suratku yang dilimpahka, ternyata apa yang ku dapat? Seorang staf menghampiri lalu berkata, "maaf surat bapak tidak dapat kami temukan". Bercampur aduk hati ini. Kemana perginya surat  itu, apa ia memiliki kaki yang bisa berjalan, atau memiliki sayap sehingga ia terbang entah kemana. Lalu saya pun pulang dengan tangan kosong karena memang suratpun tak sampai. Sebatas Info saja, rumah berada di Tangerang dan Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif ada di Monas. Naek motor kadang kepanasan kadang kehujanan, tapi itu dari sebuah perjuangan, tidak masalah.

Teringat ajian ALL IS WELL,  saya teriak dalam hati kata itu. Lalu untuk ke-3 kalinya saya membuat proposal bantuan ini. Tapi, dengan sedikit sentuhan kebanyakan LSM meminta bantuan kepada perusahaan-perusahaan, dengan menjilid proposal dengan rapi dan tebal. Lalu datang kembali ke jln. Medan Merdeka lantai 17 itu dan bertemu untuk ke tiga kalinya juga dengan seketaris pak WAMEN yang cantik dan masih muda. Dian namanya. Dengan penuh wibawa dan pesona, saya berkata kepada mbak Dian "bahwa saya datang kesini untuk terakhir kalinya mba, tolong sampaikan proposal ini langsung kepada pak WAMEN. katakan kepada beliau suatu hari nanti posisi beliau akan tergantikan oleh saya. AAMMIINNNN!!!!!
Setelah kurang lebih 15 hari dari kedatangan saya yang terakhir. Saya mendapatkan Email yang berKops surat KEMENTERIAN PARIWISATA DAN EKONOMI KREATIF BADAN PENGEMBANGAN SUMBER DAYA.
Dalam surat itu, diterangkan dengan jelas bahwa Pusat Pengembangan SDM Parekraf tidak mengalokasikan anggaran untuk memberikan beasiswa maupun bantuan apapun. Ya saya cukup mengerti, mungkin negara ini memang sedang kehabisan duit. Sehingga bantuan biaya tiket untuk anak negeri yang melanjutkan sekolah di salah satu negara besar pun tak sanggup. NIHILLLLL!

Tidak ada komentar:

Posting Komentar